STREAMING TEMAN RADIO

RADIO TEMAN FM

Kamis, 08 Desember 2011

Calo Kawin Kontrak Di Puncak Berpola Organizer

Warung Kaleng kembali menjadi sorotan publik. Keresahan warga sekitar semakin nyata bahkan dipenghujung bulan Oktober 2011 lalu ribuan massa Front Pembela Islam (FPI) hilir mudik di sekitar pertokoan sampai jalan sindang subur yang terkenal sebagai tempat wisata para turis Arab.

Desa Tugu Utara, Desa Tugu Selatan, dan Desa Citeko menjadi tujuan karena dikwawasan ini para turis bisa mendapatkan perempuan yang mau diperistri meski hanya dalam hitungan minggu, atau istilah kawin kontrak.

Meski disebut desa, tak terlihat satu pun rumah gubuk beratap rumbia berdinding gedek. Desa penuh rumah-rumah batu, tampak modern, bercat mencolok. Di ujung pertigaan jalan menuju desa itu berjejer rumah toko.

Di Kampung Sampay, Desa Tugu Utara juga dapat dijumpai puluhan tempat sewa: dari vila mewah, bertingkat, dan berpagar besi tinggi-tinggi hingga wisma-wisma ala kadarnya. Beberapa warung telepon, restoran, dan biro perjalanan memajang tulisan Arab pada kaca jendela atau pintunya.

Para turis arab menyebut kampung ini Jabal Sampay, dalam bahasa arab, jabal berarti bukit. Suasananya sama sekali tidak bernuansa pedesaan atau perkampungan, namun kawasan ini terkenal dengan julukan Warung Kaleng.

Sebenarnya, sebagian warga Warung Kaleng sudah gerah dengan kebiasaan kawin kontrak. Kepada 93temanfm, Mang Ucu, seorang aktifis setempat menuturkan perempuan yang dikawin kontrak bukan perempuan dari desa yang ada di wilayah Bogor.

"Biasanya perempuan - perempuan itu malah sengaja didatangkan dari luar luar Bogor, seperti Cianjur atau Sukabumi, tapi yang jelas warga disini sudah resah, ditambah lagi beberapa bulan lalu pernah ada sweeping massa FPI," ucapnya.

Dia menuding aparat yang mengemban amanat untuk menertibkan Warung Kaleng harus lebih tegas dan menertibkan secara tuntas agar kawasan puncak menjadi tujuan wisata yang sehat.

Hal senada dibenarkan Kang Suma warga Cisarua, kawin kontrak pernah marak dikawasan itu sekitar dibawah tahun 2006. Saat ini praktiknya hanya kurang dari satu persen saja, sebab jaringan yang pola kerjanya bak organizer ini memasok para wanita yang merangkap pelacur tersebut lebih memilih beroperasi diluar wilayah Puncak Bogor, yakni Cianjur.

"Mungkin lantaran para calo itu sudah tahu disini sudah tidak aman lagi untuk beroperasi" tambah Kang Suma yang juga pemerhati lingkungan ini.

Secara terpisah, Kepala Seksi Satpol PP Kecamatan Cisarua, Iwan Relawan mengaku pihaknya selalu melakukan penertiban melalui program Nongol Babat (Nobat) yang rutin digelar setiap bulan sebanyak dua kali semenjak masa menjabatnya, yakni awal Agustus 2010 silam.

Pihaknya juga telah menerapkan tugas sesuai tugas pokok dan fungsi mulai dari sosialisasi hingga penertiban dan pembinaan - pembinaan di wilayah kerjanya yang memiliki sepuluh desa ini, termasuk yang baru - baru ini disoroti oleh Bupati Bogor untuk ditertibkan adalah Warung Kaleng.

"Namun, agenda penertiban hari rabu kemarin terpaksa kami undurkan mengingat bersamaan dengan itu kegiatan Presiden SBY di wilayah Puncak, jadi saat ini kami masih menunggu intruksi dari Kasatpol PP Kabupaten Bogor," jelasnya kepada 93temanfm dikantornya, Kamis (8/12/2011) siang.
 
Keberadaan Warung Kaleng juga diminta Bupati Bogor Rachmat Yasin agar ditertibkan. "Kawin kontrak atau nikah mut'ah itu haram dalam ajaran Islam. Apalagi Puncak akan menjadi kawasan kunjungan wisata internasional pada tahun mendatang," pinta Rachmat Yasin usai menanam pohon di kawasan Gunung Mas, Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Selasa (06/12/2011), kemarin. (als)
 



Laporan Alsabili




Suasana Pengamanan Aksi Massa FPI (30/10/2011) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar